Produksi : Starvision Plus
Produser : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Sutradara : Herdanius Larobu
Penulis : Raditya Dika
Pemain : Raditya Dika, Kimberly Ryder, Eriska Rein, Bucek, Dewi Irawan, Mosidik, Insan Nur Akbar
Indah : Pernah gak sih kepikiran kalo hidup itu sebuah perpindahan dari satu titik ke titik yang lainnya? Kita gak bisa stay selamanya pada satu titik aja. Perpindahan itu memang hal yang berat, apalagi kalau kita masih menyimpan kenangan indah bersama yang lama. Itu sebabnya, Raditya Dika dalam film terbarunya, “Manusia Setengah Salmon”, mengingatkan kita kalau hidup itu adalah perpindahan, atau bahasa gaulnya adalah move on.
Iskhandar : Ah. Raditya Dika. Sosok konyol, absurd dan random yang selalu menjadi idola anak-anak muda sejak beberapa tahun lalu. Berbekalkan tulisan-tulisan dafuq yang kadang bisa mengundang tawa dan kadang bisa bikin bete bacanya, beralih dari penulis buku hinggalah menjadi penulis skenario film sekaligus aktor, dia selalu punya pesona tersendiri dalam menyampaikan isi otaknya yang ajaib tapi kadang sarat pesan-pesan yang baik untuk generasi sekarang (hit and miss sih sebenarnya). Dan disinilah Manusia Setengah Salmon, instalasi yang terbaru dalam legasi Raditya Dika. Kami berdua pergi menonton film ini, berbekalkan kenangan dan pengalaman manis kami setelah menonton dan suka dengan film Cinta Dalam Kardus beberapa bulan yang lalu. Namun Cinta Dalam Kardus adalah sebuah film yang diset dalam universe yang berbeda dengan Manusia Setengah Salmon. So, is this one good?
Indah : Tema besar yang diusung Raditya Dika berhasil ia kemas dalam sebuah cerita yang apik dan menarik. Pesan yang disampaikan cukup mengena dalam setiap adegan. Dika (Raditya Dika) seorang pria galau yang sudah setahun belakangan ini gagal move on. Ia masih memikirkan Jessica (Erika Rein), mantan pacarnya yang teramat ia sayangi. Tapi Jessica malah memutuskan hubungannya dengan Dika. Setahun kemudian. Dika bertemu dengan Priscila (Kimberly Ryder), temannya saat SMP dulu, secara kebetulan dan bisa dikatakan cukup lucu. Dengan dukungan temannya, Dika pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengajak Priscila kencan dan jadian. Tapi rupanya bayang-bayang akan Jessica masih tetap menghantui Dika. Prisila pun sadar, dan memutuskan untuk membiarkan Dika dengan kenangannya. Mampukah Dika move on?
Iskhandar : Jujur, gue tidak suka dengan film Cinta Brontosaurus, yang menjadi film Raditya Dika sebelum Manusia Setengah Salmon. Cinta Brontosaurus terlalu mengada-ngada, plot entah kemana, jayus dan gagal menyampaikan tema besar yaitu 'cinta bisa kadarluarsa.' Jadi untungnya karena hal itu, gue masuk ke studio menonton Manusia Setengah Salmon dengan ekspektasi yang sangat rendah sekali. Namun ternyata, film Raditya Dika yang paling baru ini cukup sukses menghibur gue dan Indah. Tema besarnya - move on, cukup baik disampaikan dalam setiap subplot-subplot yang dikemas dengan apik oleh Dika sebagai penulis. Permasalahan-permasalahan juga tidak dibuat mengada-ngada.
Indah : Memang, move on itu bukan sesuatu yang mudah. Raditya Dika sadar akan hal itu. Tema besar move on ia kemas bukan hanya dalam hubungan percintaan Dika. Tapi ia menambahkan dalam cerita pindah rumah, ayah yang masih menganggap anaknya anak-anak, serta naik kelas, yang tentunya merupakan bagian dari cerita utama tersebut.
Menarik. Dari latar cerita tersebut, Raditya Dika membuat setiap momen tersebut menjadi pelajaran buatnya untuk bisa move on dari Jessica. Seperti saat pindah rumah, ibunya berkata padanya “kalau mau pindah ke tempat yang baru, harus siap meninggalkan yang lama”, sama seperti sebuah hubungan percintaan. Kalau mau membina hubungan yang baru, jangan ungkit kisah lama. Jadikan yang lama sebagai pelajaran aja.
Iskhandar : Tidak perlu gue membahas hal teknis kamera atau artistik dalam film-film semacam ini, yang pure entertainment but filled with hit-and-miss moral messages. Sejujurnya Manusia Setengah Salmon menurut gue adalah sebuah upgrading sequel dari franchise Raditya Dika, dimana ianya mengalami peningkatan dari segi kualitas dan kolerasi cerita dengan tema besar. Pesan-pesan yang ingin disampaikan cukup mengena, disampaikan dengan ringan tanpa perlu diberat-beratin dan diribetin.
Indah : Kemudian saat Edgar, adiknya membacakan pidato perpisahan untuk kenaikan kelasnya, disitu Dika menyadari kalau suatu hari kita memang harus pindah, dan pindah itu bukan sesuatu yang buruk. Dengan pindah, kita bisa berkenalan dengan teman baru. Memang segala sesuatunya perlu adapatasi. Begitu juga dengan percintaan, kita butuh adaptasi dengan yang baru. Well, menarik bukan?
Indah : Kemudian saat Edgar, adiknya membacakan pidato perpisahan untuk kenaikan kelasnya, disitu Dika menyadari kalau suatu hari kita memang harus pindah, dan pindah itu bukan sesuatu yang buruk. Dengan pindah, kita bisa berkenalan dengan teman baru. Memang segala sesuatunya perlu adapatasi. Begitu juga dengan percintaan, kita butuh adaptasi dengan yang baru. Well, menarik bukan?
Iskhandar : Ya, paling ada beberapa hal yang sedikit menganggu dalam Manusia Setengah Salmon dari segi teknis, seperti discontinuity shot sewaktu adegan Sugiman dan Dika mengobrol disamping mobil. Shot Dika terlihat cuaca hujan, pas pindah ke shot Sugiman, cuaca terang benderang. Sebagai orang film, saya bisa mengerti, kadang hal seperti ini memang selalu terjadi dalam proses pembuatan film. Dan satu hal yang sangat sangat disayangkan, semua punchline dan adegan menarik dalam film ini yang mengundang tawa, semuanya sudahpun diSPOIL di trailer sebelumnya! Jadi adegan ketek, adegan petasan, adegan orang dalam lemari, semuanya udah gue tau duluan dari trailernya, dan membuat gue tidak surprised ketika adegan di filmnya sendiri. Overall, Manusia Setengah Salmon, terlepas dari beberapa kejayusannya yang bikin ilfill dan permasalahan teknisnya, cukup layak ditonton, dan pas dengan target pasar yang diincar Dika. Go watch it!
Last Note : Kami menunggu rilisan DVD Cinta Dalam Kardus. Kangen nonton film spesial itu lagi.
No comments:
Post a Comment